oleh

Partai Politik Dimata Kepala Daerah, Perjalan Pindah Partai Ridwan Kamil

Oleh Labak Korok Piaman

Kang Emil tahun 2013, merupakan panggilan yang Penulis ketahui ketika beliau pernah dianggap sebagai titisan atau pernah dianggap kader PKS maju jadi Walikota Bandung berpasangan dengan Mang Oded.

Ternyata anggapan pada waktu tahun 2013 tentang Kang Emil itu dilihat kekinian tidak lah benar atau salah. Ketik beliau maju menjadi Gubernur Jawa Barat tahun 2018 tidak diusung PKS. Kang Emil meninggalkan PKS dan P Gerindra karena tidak dapat dukungan lalu mengambil NasDem, PPP, Hanura, dan PKB pada akhirnya bisa sukses terpilih.

Pindah Partai Ridwan Kamil dari PKS dan P Gerindra merupakan hal yang wajar waktu Pilkada tahun 2018 itu karena dua partai tersebut tidak mencalonkan beliau jadi Kepala Daerah, alias karena tidak laku lagi dipartai lama maka lompat pagar ke Partai Nasdem, PPP dan lainnya.

Ternyata teori alasan Kang Emil pindah-pindah waktu itu asumsi Penulis diatas salah ketika dilihat perjalanan politik Kang Emil saat ini. Ketika beliau bergabung dengan Partai Golkar, acara pindahnya Gubernur Jawa Barat ini resmi diadakan oleh Partai Golkar dan langsung dipasangkan baju kebesaran partai Golkar.

Alasan Ridwan Kamil pindah atau bahasa politiknya bergabung dengan Partai Golkar tentu disiapkan secara logis, dari penelusuran Penulis dimedia alasannya Kang emil adalah “Partai Golkar telah teruji sebagai salah satu partai politik yang menjadi pilar demokrasi di Indonesia. Serta selalu berkomitmen menjaga dan mempertahankan demokrasi di tanah”.

Setelah itu alasanya adalah “Partai Golkar memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan bangsa, yang senantiasa mengawal dan membersamai perjalanan kapal besar Indonesia. Bahkan, terbukti mampu melewati berbagai krisis dan bangkit seperti pada masa pandemi”. Dan beberapa alasan lain.

Apapun alasan Kang Emil menurut Penulis bisa saja dibuat-buat dan bisa dibuat rasionalisasinya. Apalagi beliau ini lulusan ITB yang merupakan kampus bergensi di Indonesia, barang tentu memiliki kecerdasan tinggi membuat alasan dan argumentasi untuk membenarkan pindah partai tersebut.

Melihat fenomena yang dijalini Ridwan Kamil, menurut Penulis juga dilakukan oleh semua Kepala Daerah dan tokoh-tokoh politik yang ada di negeri +62 ini. Pindah partai dari satu tempat ketempat lain sudah hal biasa. Tidak hal tabu atau tidak prilaku cacat moral. Maka Ridwan Kamil pindah-pindah partai tidak hal aneh lagi.

Penulis memprediksi menjelang dimulainya kompetisi politik tahun 2024 akan banyak Kepala Daerah atau politisi yang akan pindah partai dengan alasan membangun nusa dan bangsa agar NKRI tetap utuh dan terjaga.

Jadi menurut Penulis sepertinya masyarakat juga tidak menganggap hal yang hina atau buruk budaya prilaku pindah-pindah partai tersebut seperti dilakukan Kang Emil di Sumatera Barat seperti Fadli Amran (Walikota Padang Panjang di usung Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan) juga terjadi, sekarang pindah ke Partai Nasdem tidak pengusung dipilkada.

Apalagi dibandingkan tahanan korupsi, politisi yang di masuk penjara karena OTT KPK, keluar tahanan kembali maju lagi jadi Calon seperti Irman Gusman mencalon DPD RI untuk pemilu tahun 2024. Doakan terpilih.

Atau seperti M Romahurmuziy kembali jadi Ketua di PPP yang baru bebas dari tahanan KPK, yang hebat Gusmal, Bupati Kabupaten Solok keluar penjara terpilih lagi Pilkada tahun 2015. Sepertinya masih bagus pindah-pindah partai dibanding kasus korupsi maju lagi di pemilu[*].

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed