Pasaman Barat, Sumbartoday | Pemerintah daerah Pasaman Barat, Kamis (12/9) menerima peneliti dari Badan Riset Indonesia (Brin) di aula Bappelinbangda (Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah) Pasaman Barat, Simpang Empat.
“Pemda Pasaman Barat, menerima Peneliti Ahli Utama, Heni Purwaningsih, diiringi Edwin, Peneliti dari Balitbangda (Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah) Sumatera Barat”, kata Kepala Bappelinbangda Pasaman Barat, Ikhwanri di ruang kerjanya, Simpang Empat, Jumat (13/9).
Dikatakan Ikhwanri, Pemda Pasaman Barat, melalui Bapelitbangda menyambut kedatangan peneliti Brin bersama peneliti dari Balitbangda Sumatera Barat di kantor Bapelitbangda dengan penuh keakraban.
Peneliti Brin, Heni, katakan, meningkatkan kualitas kesehatan dengan mengurangi resiko penyakit degeneratif, akibat penuanaan dan gaya hidup, seperti diabetes, hipertensi, obesitas dan yang lain, harus menjadi perhatian bagi warga.
Ada beberapa perlakuan terhadap gula nira/aren sehingga dapat meningkatkan kristalisasi gula merah kelapa sawit yang dihasilkan lebih berkualitas. Heni optimis bahwa perlakuan yang diberikan akan dapat meningkatkan kristalisasi gula merah yang dihasilkan.
Terhadap perlakuan 1: rasa sangat manis, dari 2 liter larutan nira, menjadi 30 gram gula, dengan rendemen 150 persen. Sedangkan terhadap perlakuan 2: rasa tingkat kemanisan lebih rendah, dengan rendemen yang dihasilkan juga 50 persen.
“Kami optimis, setelah mengalami teknik yang baik, kita sangat yakin pegiat gula sawit akan sangat baik kedepannya. UMKM agar segera mengelola potensi ini, dengan melanjutkan produk olahan turunan”, katanya menjelaskan.
Produk sawit ini, ulasnya benar-benar zero waste dengan memanfaatkan seluruh potensi sawit yang ada. Selanjutnya, tepung dari batang sawit akan digarapkan, karena ini merupakan potensi yang luar biasa di Pasaman Barat.
Bahan pengawet gula sawit sangat rendah, ini membantu pengurangan penyakit diabetes. Gula ini mengandung antioksidan yang baik untuk diabetes. Indeks glisemik sangat rendah, dibanding dengan gula yang lain, rendemen gula sawit jauh lebih besar sangat besar.
Aprizal, pegiat gula sawit Sungai Aur mengatakan, kegiatan ini dilakukan sejak tahun 2022, sejalan kemiripan sawit dengan jenis tanaman aren, mulai dari warna, bau, walau rasanya sedikit berbeda.
Produk gula merah yang dihasilkan rasanya lebih manis dari gula sawit yang sudah dilakukan sebelumnya, aroma yang dihasilkan lebih wangi, amis sebelumnya juga sudah hilang.
Tim peneliti ahli utama dari BRIN, akan memberikan manfaatkan untuk perkembangan ekonomi masyarakat. Dengan temuan hari ini, kita sangat optimis akan memberikan manfaatkan ke depannya baik skala ekonominya. Aprizal berhadap kedepannya untuk membantu pemasaran kepada pemerintah daerah, serta pendampingan berkelanjutan dengan pengolahan mekanis,”ujarnya.
Syarbaini, pegiat gula sawit, menyampaikan penelitian yang dilakukan hari ini jauh lebih berhasil dibandingkan sebelumnya, gula yang dihasilkan, teksturnya sudah seperti gula yang lainnya. (gmz)
Komentar