Oleh Labai Korok Piaman
Presiden RI, Bapak Jokowi memastikan dirinya akan cawe-cawe atau terlibat langsung dalam Pemilu 2024. Hal itu disampaikan saat bertemu sejumlah pemimpin media massa di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Kutipan Penulis yaitu “Ada lebih dari tujuh kali Pak Presiden mengatakan cawe-cawe karena untuk kepentingan negara,” ujar Wakil Pemimpin Redaksi (Wapempred) Kompas TV Yogi Nurgaha di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, 29 Mei 2023.
Cawe-cawe Jokowi ini dilakukan langsung, ada juga terealisasi melalui instrumen dibeberapa lini, diantaranya ada upaya menjegal laju Anies Baswedan menjadi calon presiden 2024 kian nyata.
Upaya itu tidak hanya menyerang pribadi, tapi juga karya-karya Anies di Jakarta dan partai-partai pengusung Anies seperti JIS, Formula E, sumur resapan dan lainnya.
Pembangunan era Anies yang dirasa betul bahwa rezim Jokowi saat itu akan menggagalkan pembangunan balapan formula E, dimana semua perusahaan pengadaan aspal tidak berani menjual aspal untuk finising jalan balapan formula E, pada akhirnya Pemprov DKI waktu itu membuat aspal sendiri tampa ada bantuan dari BUMN.
Akibat gerakan cawe-cawe Jokowi tersebut beragam isu, intrik, dan fitnah melebur menjadi kebencian. Buntutnya, sikap anti-Anies dilakukan secara terstruktur, sistematik dan masif.
Saat ini terasa bahwa rezim kekuasaan seperti sedang melakukan politik Machiavellis terhadap menguatnya figur Anies Baswedan sebagai calon presiden yang didukung.
Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Rasyid Baswedan, pernah buka suara dipertemuan PKS, Anies menyebutkan bahwa soal Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengaku akan cawe-cawe atau ikut campur demi kepentingan negara.
Anies mengaku ada kekhawatiran soal cawe-cawe itu berkaitan dengan kontestasi nasional 2024 mendatang tidak jujur dan tidak jurdil.
Cawe-cawe Jokowi ini juga dirasakan oleh Kepala Daerah se-Indonesia, sekarang Jokowi lebih banyak turun kedaerah-daerah yang secara politik menguntungkan dirinya, pencitraan dirinya.
Namun agenda ke negara yang sifatnya Nasional tidak dihadiri, tidak ada kepedulian itu penting atau tidak untuk Republik ini.
Penulis ambil contoh acara Pekan Nasional Tani Nelayan (Penas) XVI Tahun 2023 di Lapangan Lanud Sultan Syahril Padang Sumatera Barat, Sabtu (10/06/2023) tidak dihadiri Jokowi.
Jika melihat perjalan pertemuan petani se Indonesia ini selalu dihadiri oleh Presiden. Artinya Jokowi harus hadir, serta mendengarkan nasib petani, nelayan yang hadir diacara ini.
Penulis yakin ini adalah gerakan cawe-cawe Jokowi membuat legitimasi Buya Mahyeldi, Gubernur Sumatera Barat hilang ditingkat Nusantara dikalangan aktivis petani, nelayan dan lainya diacara Penas KTNA tersebut.
Kasus lain dari cawe-cawe Jokowi adalah berkurangnya anggaran yang dialokasikan kedaerah, tidak banya dana DAK, DAU yang turun kedaerah yang basisnya tidak pendukung Jokowi.
Betapa tidak eloknya cawe-cawe Jokowi sampai merusak tatanan daerah yang saat ini berjuang melakukan percepatan pembangunannya daerahnya.
Penulis merekomendasikan kepada Jokowi selaku Presiden agar jangan melakukan cawe-cawe yang merugikan Kepala Daerah dalam memajukan daerahnya, silahkan cawe-cawe, tapi cawe-cawe yang tetap mendukung kemajuan dan kesuksesan semua Kepala Daerah tanpa melihat partai yang memayunginya[*]
Komentar