Sekarang viral berita jalan rusak di Lampung, masyarakat Pekanbaru juga memposting berita yang sama, daerah Aceh juga ikut-ikutan, tidak tinggal diam warga didaerah Solok juga menviralkan jalan rusak.
Keadaanya semua jalan Indonesia serba rusak, serba berlobak seperti tempat penampungan air atau kolam ikan. Akhirnya jalan rusak ini dirilis khusus oleh media detik.com, dalam datanya berdasarkan data statistik transportasi darat BPS 2021, diketahui bahwa total panjang jalan di Indonesia mencapai 546.116 kilometer, di luar tol.
Dari jumlah itu, jalan kabupaten atau kota menduduki proporsi terbesar dengan panjang 444,548 kilometer. Sementara itu, untuk jalan negara memiliki total panjang 47.017 kilometer dan untuk jalan nasional ada sepanjang 54.551 kilometer.
Meski begitu, didapati bahwa 16,01 persen dalam kondisi rusak dan 15,9% dalam kondisi rusak berat dan 30% rusak sedang. Bila harus dirinci, total panjang jalan rusak di Indonesia mencapai 87.454 km. Sementara untuk kondisi rusak berat, panjang jalannya mencapai 86.844 km.
Khusus untuk jalan rusak, mayoritas berada pada jalan kabupaten atau kota yakni sepanjang 78.478 km. Sedangkan untuk jalan rusak berat mayoritas juga berada di jalan kabupaten atau kota sepanjang 79.256 km.
Data jalan rusak jika diuraikan berdasarkan jalan propinsi pertama Papua 829 km, kedua Riau 441 km, ketiga Aceh 361 km, keempat Kalimantan Barat 361 km, kelima Sulawesi Selatan 309 km, sedangkan jalan rusak parah pertama NTT 667 km, kedua Riau 633 km, ketiga Papua Barat 623 km, keempat Sumatera Utara 583 km, kelima Sulawesi Tengah 442 km.
Sedangkan untuk jalan kabupaten dan kota yang paling parah rusak itu terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Lampung, Provinsi NTT, Provinsi Riau, Provinsi Jawa Timur. Jika disimpulkan sangat banyak jalan yang rusak dan rusak berat di Indonesia.
Saat ini jika diamati jalan antar propinsi, antar kabupaten dan kota yang tidak rusak itu adalah jalan berbayar alias jalan tol. Begitulah nasib kondisi jalan-jalan yang terjadi Indonesia.
Pertanyaan apakah Kita harus mengutuk penguasa, mengutuk pemerintah?. Realita yang ada sekarang banyak netizen dan warganet mengutuk penguasa dan Pemerintah.
Melihat kondisi netizen dan warganet memang mengutuk penguasa, ini selaras dengan makin banyak kebocoran anggaran negara dan kasus penyimpangan yang dilakukan oleh Kepala Daerah.
Secara tangung jawab kerusakan jalan ini seharusnya menjadi tanggungjawab bersama, Pemerintah tentu paling bertanggung jawab, namun warga negara yang memakai jalan juga perlu introspeksi diri seperti memuat isi kendaraan sesuai dengan tipe jalan yang ada.
Tidak itu saja, idealnya seperti warga Sumatra Barat yang memiliki jalan tidak begitu banyak rusak harus ikut menjaga ketahanan jalan tersebut seperti rajin bergotong royong membersihkan drenase atau tali badar didepan rumah warga.
Serta memperingatkan dan melarang pengendara yang memakai jalan tidak sesuai dengan kualitas jalan yang ada.
Dilapangan banyak pemilik kendaraan memaksakan masuk kejalan yang semestinya tidak sesuai dengan kendaraan dimiliki seperti mobil truck roda banyak dimasukan kejalan Kecamatan, Kota/Kabupaten.
Penulis mengajak Kita semua agar warganet, netizen menjaga dan merawat jalan Sumatra Barat yang rancak tetap rancak bertahan selama-lamanya[*].
Komentar