oleh

Limbah Replanting Bisa Dijadikan Gulamerah

Pasaman Barat, Sumbartoday.co.id |  Limbah batang kelapa sawit yang telah diremajakan (replanting) diolah sesuai ketentuan dan prosesnya bisa menghasilkan gula merah. Inovasi dan proses pengolahan ini berada di Jorong Bayang Tengah dan Kasik Putih, Kecamatan Sungai Aur.

Plt. Kepala Bappelitbangda Pasaman Barat, Ikhwandri, di ruang kerjanya, Simpang Empat, Jumat sore menjelaskan, pada tahun 2023 Nagari Sungai Aua Kecamatan Sungai Aur berhasil menciptakan inovasi, memanfaatkan limbah batang kelapa sawit yang telah masuk dalam tahap peremajaan, diolah secara tradisional bisa menjadi gula merah, dan bisa dikonsumsi.

Menindaklanjuti hasil penemuan tersebut, Tim Bappelitbangda Sumatera Barat, dan Tim Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), bersama pihaknya dan perangkat Nagari Sungai Aua, tanggal 5 Februari 2024 lalu, membahas usulan perekayasaan pemanfaatan limbah pohon sawit yang tidak produktif menjadi gula merah.

Kepala Bidang Inovasi dan Teknologi Balitbang Sumatera Barat, Mahmudia Husain, jelas Ikhwandri, bersama pihaknya, Jumat sore kemarin, kembali melakukan peninjauan terhadap inovasi yang dilakukan warga dua kejorongan di Kecamatan Sungai Aur.

“Pembuatan gula merah dari kelapa sawit, bukan hanya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi di tengah masyarakat, dari komoditas lokal. Inovasi ekonomi berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat setempat, untuk saat ini baru dua kejorongan di Kecamatan Sungai Aur”, katanya menjelaskan.

Dari penjelasan pengolah gula merah dari limbah kelapa sawit itu, terang Ikhwanri, penghasil yang mereka peroleh per batang dari kelapa sawit dalam waktu 24 jam, pengambilan airnya sebanyak tiga kali. Dan sekali pengambilan airnya membutuhkan waktu sekitar delapan jam.

Setiap sekali proses pengumpulan air sawit, terkumpul sebanyak 10 liter air. Dan dari 10 liter air dari kelapa sawit, bisa menghasilkan sebanyak dua Kilogram (Kg) gula merah. Kendala yang ditemui dari tahapan pengumpulan airnya menghabiskan waktu sekitar delapan jam, sehingga kurang efektifnya pada saat pengumpulan airnya.

Selain itu, tambah Plt . Kepala Bappelinbangda Pasaman Barat itu, proses pembekuan gula merah sering gagal, sementara air kelapa sawit yang telah dikumpulkan hanya bertahan beberapa jam dan cepat rusak,” jelasnya.

Ke depan, tambah Ikhwandri, pihaknya terus berupaya mendorong dan memfasilitasi setiap hasil olahan masyarakat, seperti gula merah dari limbah kelapa sawit, baik pengemasan hingga ke tahap pemasarannya. Pihaknya sangat peduli, mendukung dan memfasilitasi setiap ada inovasi masyarakat, sehingga laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat, juga terjadi meningkatkan dan lebih baik.

(gmz)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed